Sebanyak 78,3% Konsumen masih Gunakan KPR

Harga properti residensial pada triwulan I-2012 terpantau pada level 144,73, atau meningkat 0,82% (q-t-q) dan 3,59% (y-o-y). Peningkatan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,15%. Tekanan kenaikan harga properti residensial diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan II-2012 dimana terjadi perlambatan, baik dihitung per triwulan (0,31%) maupun per tahun (2,80%).

Demikian hasil Survei Harga properti Residensial yang dirilis Bank Indonesia belum lama ini. BI melakukan survei di 14 kota besar, yakni Medan, Padang, Palembang, Bandar Lampung, Jabodebek, Bandung, Semarang, DI Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Pontianak, Banjarmasin, Makassar, dan Manado.

Mayoritas responden (30,67%) mengungkapkan, penyebab utama melonjaknya harga properti residensial adalah kenaikan harga bahan bangunan, kenaikan bahan bakar minyak (23,66%), serta kenaikan upah pekerja (19,50%). Disamping itu, kenaikan harga properti, tingginya suku bunga KPR, sulitnya perijinan/birokrasi, dan tingginya pajak disinyalir menjadi faktor-faktor penghambat bisnis properti.

Dari survei tersebut terlihat, kenaikan harga paling tinggi terjadi pada rumah tipe besar (0,90%, qtq). Sementara itu, kenaikan harga properti residensial paling tinggi terjadi di wilayah Padang (2,17%, q-t-q). Sebagian besar konsumen (78,33%) masih menggunakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan tingkat suku bunga rata-rata antara 9% – 12% dalam melakukan transaksi pembelian properti residensial.

Dari sisi penjualan, volume penjualan properti residensial pada triwulan ini mengalami penurunan, terutama untuk rumah tipe kecil. Harga properti residensial untuk semua tipe rumah pada triwulan I-2012 meningkat meski dengan peningkatan yang lebih lambat.

Anto Erawan
(antoerawan@rumah.com)



www.videobokep18.xyz rentalmobilpontianak www.pornvids.xyz fullbokep
www.videobokep18.xyz rentalmobilpontianak www.pornvids.xyz fullbokep